Pendirian Kampus oleh Pemerintah Kolonial Belanda: Politik Penjajahan di Indonesia

Pendirian Kampus oleh Pemerintah Kolonial Belanda: Politik Penjajahan di Indonesia


Pendirian Kampus oleh Pemerintah Kolonial Belanda: Politik Penjajahan di Indonesia

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, pemerintah kolonial Belanda mendirikan berbagai kampus di tanah air sebagai bagian dari kebijakan politik penjajahan mereka. Langkah ini diambil dalam rangka mengontrol pendidikan dan mendorong kepentingan kolonialisme di Indonesia.

Salah satu contoh pendirian kampus oleh pemerintah kolonial Belanda adalah pendirian Universitas Indonesia di Jakarta pada tahun 1924. Universitas ini didirikan dengan tujuan untuk melahirkan birokrat-birokrat yang setia kepada pemerintah kolonial Belanda dan membentuk intelektual-intelektual yang mendukung kebijakan kolonialisme di Indonesia.

Selain itu, pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan kampus-kampus lain seperti Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) yang bertujuan untuk melatih guru-guru pribumi yang akan mengajarkan pendidikan kolonial kepada masyarakat pribumi.

Namun, pendirian kampus oleh pemerintah kolonial Belanda juga menuai kontroversi. Banyak kalangan mengkritik pendirian kampus-kampus tersebut karena dianggap sebagai bentuk kontrol politik terhadap pendidikan dan untuk memperkuat dominasi kolonial di Indonesia.

Pendirian kampus oleh pemerintah kolonial Belanda merupakan bagian dari politik penjajahan yang dilakukan oleh Belanda selama berabad-abad di Indonesia. Langkah ini juga merupakan strategi untuk mempertahankan kekuasaan dan keuntungan ekonomi Belanda di tanah air.

Dalam konteks sejarah pendidikan di Indonesia, pendirian kampus oleh pemerintah kolonial Belanda memiliki dampak yang cukup signifikan dalam pembentukan identitas pendidikan di Indonesia.

Referensi:
1. Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Hampshire: Palgrave Macmillan.
2. Sutherland, H.S. (1979). The Making of a Bureaucratic Elite: The Colonial Transformation of the Javanese Priyayi. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.